Perpustakaan Digital dan Perubahan Kebiasaan Membaca di Era Teknologi

Author : Master Admin in Info Kampus

Info Kampus

Perpustakaan tengah mengalami transformasi besar di era digital. Perubahan ini tercermin dari pernyataan Rehan, seorang mahasiswa, “Semua masyarakat bisa langsung mengakses.” Pernyataan ini selaras dengan fungsi perpustakaan digital yang menurut berbagai laporan memberikan akses terhadap informasi dan pengetahuan berkualitas. Peran ini dinilai mampu meningkatkan literasi masyarakat secara luas, cepat, dan efisien.  

Walau platform digital memudahkan akses, perpustakaan fisik menghadapi tantangan eksistensi yang tak kalah penting.  

Ibu Neneng Anna, pengelola perpustakaan, mengungkapkan bahwa sejak penggunaan internet meningkat, jumlah pengunjung perpustakaan fisik menurun. Meski demikian, perpustakaan tetap relevan karena tidak semua informasi tersedia dalam bentuk digital. Banyak mahasiswa, terutama yang sedang menyusun tugas akhir, masih mengandalkan buku cetak sebagai referensi akademik. Oleh karena itu, perpustakaan perlu terus beroperasi sambil mengembangkan sistem digital yang inklusif.  

Perpaduan koleksi cetak dan digital menjadi kunci memastikan kebutuhan semua kalangan dari peneliti hingga pembaca biasa  terpenuhi secara optimal.  

Transformasi layanan perpustakaan ini pun menyoroti akar masalah lain yaitu pergeseran budaya membaca di masyarakat. Di era digital, banyak orang lebih tertarik mengikuti tren viral dibanding menyelami buku. Padahal, aktivitas membaca bisa dilakukan melalui berbagai media artikel online, e-book, bahkan podcast, selama sumbernya kredibel. Fenomena ini menegaskan pentingnya membiasakan membaca sejak dini agar publik terbiasa memilah informasi yang benar.  

Menjawab tantangan tersebut, membangun kebiasaan membaca yang konsisten menjadi langkah awal yang strategis.  

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kebiasaan membaca di pagi hari dinilai efektif dalam membentuk budaya literasi. Pemerintah pun diharapkan memperkuat peran perpustakaan digital dengan menyediakan akses e-book secara luas. Kolaborasi antara sekolah, perpustakaan, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan literasi di era digital.  

Namun, sinergi program dan kebiasaan membaca tersebut tetap belum cukup jika kita lupa membekali masyarakat dengan kecakapan memilah informasi.  

Tantangan literasi saat ini bukan hanya soal ketersediaan akses, tetapi juga menyangkut kebiasaan membaca dan kemampuan memilah informasi. Baik siswa, mahasiswa, maupun masyarakat umum perlu menanamkan kesadaran untuk memanfaatkan fasilitas literasi digital secara bijak. Tanpa hal itu, publik berisiko terus terjebak dalam informasi palsu yang merugikan.  

Dengan menyatukan inisiatif peningkatan akses, kebiasaan baca, dan kecakapan berinformasi, kita dapat mewujudkan ekosistem literasi digital yang tangguh dan berkelanjutan.  

Sumber berita  

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/02/literasi-digital-dan-tantangan-generasi-muda  
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20221004120000-192-856875/minat-baca-indonesia-rendah-apa-penyebabnya  
https://www.tempo.co/edukasi/2023/09/08/perpustakaan-digital-dan-masa-depan-literasi


Penulis: Adinda
Desain: Hesti
Reporter: Nazla & Zenab

==========
Narahubung, 
Humas LPM Momentum : +62 813-2531-8268 (Safira)
Website : persmomentum.com
YouTube : LPM Momentum 
Instagram : @lpm.momentum.unla

Kembali ke Berita