Bandung, 13 Juni 2025 – Stunting masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat terbesar di Indonesia. Masalah ini bukan haya soal anak yang bertubuh pendek, tetapi lebih dalam lagi, kualitas generasi masa depan bangsa juga terpengaruhi. Dari lingkungan yang tidak sehat, kurangnya edukasi, hingga kesenjangan ekonomi, berbagai faktor menjadi akar penyebab stunting. Namun, di balik tantangan tersebut, ada banyak solusi yang bisa diupayakan bersama.
Sanitasi Buruk, Risiko Infeksi Tinggi
Lingkungan yang kotor seperti banyaknya sampah, air yang tercemar, dan toilet yang tidak layak, membuka peluang besar bagi penyakit seperti diare, cacingan, dan infeksi usus. Penyakit-penyakit ini mengganggu penyerapan nutrisi dan menghambat tumbuh kembang anak. Akibatnya, gizi yang seharusnya diserap tubuh tidak maksimal, berat badan sulit naik, dan tinggi badan jadi terhambat. Ini menjadi pintu masuk menuju stunting.
Pola Asuh dan Kebersihan Sehari-hari Juga Berperan
Hal-hal kecil seperti tidak mencuci tangan dengan sabun, botol susu bayi yang jarang dibersihkan, atau alat makan MPASI yang tidak steril, bisa berdampak besar. Infeksi yang muncul berulang-ulang akan mengganggu tumbuh kembang anak secara berkelanjutan.
Kurangnya Edukasi Gizi Sejak Dini
Edukasi tentang makanan sehat belum menjadi kebiasaan di banyak keluarga. Akibatnya, anak anak tumbuh tanpa pemahaman soal pentingnya gizi. Di sisi lain, remaja putri sebagai calon ibu juga seringkali belum dibekali pengetahuan yang cukup mengenai nutrisi, kehamilan, dan perawatan anak. Kurangnya pendidikan gizi di sekolah memperparah kondisi ini, karena informasi penting tersebut tidak tersampaikan secara sistematis. Tetapi ada solusi dan langkah konkret yang diberikan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan Stunting ini
Aliefya :”Program pemerintah yaitu program pemeriksaan ibu hamil, edukasi mpasi, pemberian makanan tambahan, posyandu, kader aktif dilapangan.”
Faktor Sosial Ekonomi yang Mendasar
Kemiskinan dan pengangguran membuat banyak keluarga kesulitan menyediakan makanan bergizi. Pendidikan orang tua yang rendah juga membuat kesadaran akan pentingnya pola makan sehat minim. Belum lagi, terbatasnya akses ke layanan kesehatan di beberapa daerah menyebabkan pencegahan dan penanganan stunting tidak optimal.
Solusi stunting tidak harus mahal. Beberapa sumber makanan lokal bisa menjadi pilihan bergizi tinggi, seperti tempe, tahu, telur, ikan kembung, kacang hijau, hati ayam, dan berbagai jenis sayuran. ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan juga terbukti menjadi pondasi penting untuk mencegah stunting.
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Kondisi ini terjadi ketika seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga tinggi badannya lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Namun, stunting bukan hanya soal postur tubuh, melainkan juga berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan. Penyebab utama stunting biasanya berakar dari kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam waktu lama, terutama selama masa kehamilan hingga usia dua tahun. Masalah ini diperparah oleh minimnya pengetahuan tentang gizi seimbang, rendahnya kesadaran akan pentingnya pola makan sehat, serta terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan sanitasi yang memadai. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan tidak bersih dan sering terkena infeksi seperti diare atau cacingan juga berisiko lebih tinggi mengalami stunting karena tubuhnya kesulitan menyerap nutrisi dengan baik.
Selain itu, faktor sosial ekonomi turut memperbesar angka stunting. Keluarga dengan penghasilan rendah kerap tidak mampu menyediakan makanan bergizi atau akses ke layanan kesehatan yang layak. Kurangnya edukasi kepada ibu hamil dan menyusui mengenai pentingnya gizi, serta rendahnya angka pemberian ASI eksklusif, menjadi pemicu tambahan yang memperkuat siklus stunting dari generasi ke generasi. Dampaknya sangat luas, tidak hanya bagi anak yang bersangkutan, tetapi juga bagi pembangunan bangsa secara keseluruhan. Anak stunting cenderung memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mudah sakit, dan berpotensi memiliki pendapatan rendah ketika dewasa, yang pada akhirnya berdampak pada daya saing nasional.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi yang menyeluruh dan terintegrasi. Upaya pencegahan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan, dengan memberikan perhatian khusus pada asupan gizi ibu hamil serta pemantauan kesehatan secara rutin. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, dilanjutkan dengan makanan pendamping yang bergizi, juga sangat penting untuk menunjang pertumbuhan anak. Pemerintah perlu memperkuat edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan dan kampanye tentang pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, sekaligus menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan berkualitas. Selain itu, pembangunan infrastruktur sanitasi dan akses air bersih harus terus ditingkatkan untuk mencegah anak terkena infeksi yang mengganggu penyerapan gizi. Program bantuan pangan dan intervensi gizi bagi keluarga kurang mampu juga menjadi langkah penting untuk mencegah stunting di wilayah miskin.
Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan keluarga sangat diperlukan agar solusi yang diterapkan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. Melalui pendekatan lintas sektor dan komitmen semua pihak, Indonesia dapat mempercepat penurunan angka stunting dan menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, serta siap bersaing di tingkat global. Stunting memang masalah yang kompleks, tetapi dengan upaya bersama yang konsisten, solusi untuk mengakhirinya sangat mungkin untuk diwujudkan.
==========
Narahubung,
Humas LPM Momentum : 083820060183 (Difha)
Website : persmomentum.com
YouTube : LPM Momentum
Instagram : @lpm.momentum.unl